Selasa, 05 April 2016

PENGERTIAN BIDAT 3

BIDAT-BIDAT DI ABAD PERTAMA

Ketika gereja lahir pada hari Pentakosta, maka mulai bermunculanlah para bidat, yang mengajarkan ajaran-ajaran yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Bidat-bidat dimaksud adalah sebagai berikut:
A.    Gnostisisme
Gnostisisme berasal dari kata Yunani: gnosis yang artinya “pengetahuan”. Namun yang dimaksudkan di sini ialah suatu “hikmat tertinggi” yang berahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia. Orang terpelajar banyak mengejar hikmat tinggi itu dengan giat, sebab akalnya kurang dipuaskan oleh agama biasa yang mudah dipahami. Semangat ini mencoba memasuki gereja sebab pada hemat banyak anggota, berita Injil itu terlampau sederhana. Mereka mencari suatu hikmat yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia. Oleh sebab itu mereka mulai menafsirkan Injil secara alegoris, dan “kebodohan salib” ditukarkannya dengan “hikmat dunia”. Paulus mencatat, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1 Kor. 1:18).
Beberapa pokok ajaran gnostisisme adalah sebagai berikut:
1)  Allah yang tertinggi yang keadaan-Nya adalah Roh, tidak ada hubungannya dengan dunia ini.
2)  Dunia diciptakan oleh suatu Allah rendah yang bernama “Demiurgos” (artinya pencipta dunia).
3)  Manusia mengandung sebagian kecil dari Roh Allah dengan tubuh maya untuk membebaskan bagian ilahi yang kecil itu.
4)  Oleh pengajaran dan teladan Kristus, roh manusia diajak untuk berusaha melepaskan dirinya dari zat benda dan supaya kembali kepada Allah yang tinggi. Dengan kata lain, Kristus membawa kebebasan dengan menunjuk kepada jalan askese dan membuka segala gnosis yang tersembunyi. Tetapi gnosis itu hanya dapat dimengerti oleh “orang yang rohani” atau “orang yang bergnosis”, yang tahu membaca Alkitab secara alegoris. Hanya mereka itulah yang dapat membebaskan zat ilahi yang tertanam dalam jiwa manusia dan yang terkurung oleh  tubuh jasmani yang fana itu, sehingga akhirnya zat rohani itu dapat dipersatukan pula dengan zat Allah.
B Marcionisme
 Marcionisme dipelopori oleh Marcion, seorang kaya yang hidup di abad ke 2 yang tinggal di bandar Sinope, di pesisir laut Hitam yang memiliki perusahaan perkapalan di daerah itu. Ia meninggalkan Sinope untuk menyebarkan pandangan-pandangannya yang baru tentang Injil. Ia sangat bersemangat dan seorang organisator yang cakap. Ia membentuk sebuah gereja baru yang berkembang dengan pesat, sehingga beberapa puluh tahun kemudian hampir sama besarnya dengan gereja Katolik Roma. Baru pada abad ke 5 gereja Marcion berangsur-angsur lenyap oleh karena perlawanan dari negara yang menghendaki hanya ada satu gereja.
Marcionisme menolak kitab-kitab dalam Perjanjian Lama, dan dari kitab-kitab Injil hanya Injil Lukas saja yang diterimanya sebab tidak berbau Yahudi, namun riwayat kelahiran Yesus dicoretnya. Dari surat-surat rasuli hanya surat-surat Paulus yang diterimanya, kecuali Timotius dan Titus.  
Beberapa pokok pengajaran Marcionisme adalah sebagai berikut:
1)  Dunia diciptakan oleh Allah yang menyatakan diri-Nya di dalam Perjanjian Lama. Allah itu tidak jahat, tetapi rendah derajat-Nya. Ia mau berbuat baik tetapi tidak sanggup melakukannya. Maksud-Nya ialah untuk memerintah dengan adil, tetapi justru karena itu Ia menjadi keras dan bengis, karena Taurat yang telah diberikan-Nya kepada manusia itu terlalu berat, sehingga mustahillah manusia dapat melakukannya. Tetapi walaupun demikian Allah Perjanjian Lama ini menuntut kegenapan Taurat-Nya seratus persen, sambil mengenakan hukuman berat atas tiap-tiap pelanggaran, menurut aturan “mata ganti mata, gigi ganti gigi”. Dengannya tidak dapat tidak Dia menjadi seorang hakim yang lalim dan kurang adil terhadap dunia.
2)  Yesus tidak diutus oleh Allah Perjanjian Lama, tetapi oleh Allah yang lain, yang belum dikenal. Allah itu adalah Allah yang benar, yang Mahatinggi. Hal itu nyata dalam khotbah Yesus di bukit, yang memberitakan suatu keadilan yang lebih indah, yang tidak berpokok pada pembalasan melainkan pada kemurahan dan keampunan (Mat. 5-7). Allah yang kedua ini meskipun tidak ada hubungannya dengan dan tidak bertanggungjawab atas nasib manusia, namun menaruh belas kasihan sehingga Dia mengutus Anak-Nya untuk membebaskan manusia dari penindasan khaliknya. Demikianlah Yesus turun ke bumi pada tahun 28 dengan memakai tubuh maya (Sansekerta, artinya: semu, khayal saja, tidak ada wujudnya). Allah khalik merasa diri-Nya terancam, sebab itu Dia mengikhtiarkan pembunuhan terhadap Yesus di kayu salib. Dengan demikian Dia melanggar Taurat-Nya sendiri, karena Yesus baik sama sekali.
3)  Percaya ialah menyangkal Allah khalik dan menyerahkan diri kepada kasih Allah yang Mahatinggi. Penyerahan itu berarti patut menjauhkan diri dari dunia yang cemar ini dengan jalan bertarak dan beraskese yakni menyiksa diri, menahan diri dari daging, minuman keras, bersetubuh, dan sebagainya. Demikian juga ajaran tentang kedatangan Kristus kembali dan kebangkitan orang mati, harus ditolak. 25 Februari 2014
C.    Montanisme
Montanisme ialah suatu aliran yang dipimpin oleh Montanus yang berasal dari Ardabau, sebuah dusun di Mysia. Sebelum bertobat, ia adalah imam kuil di Cybele. Setelah bertobat ia memproklamirkan diri sebagai nabi dan reformator agama Kristen. 
Munculnya Montanisme dilatarbelakangi oleh keadaan gereja yang sungguh memprihatinkan. Ciri khas gereja mula-mula seperti nubuat, glosolali sudah hilang, kerinduan terhadap Yesus sebagai mempelai pria tidak ada lagi, dan orang Kristen hanya mementingkan jabatan yang tetap dan organisasi. Tata kebaktian yang berjalan hanya bersifat formalitas dan kaku. Alasan inilah yang menyebabkan Montanus bersama dengan dua orang temannya yakni “Priscilla dan Maximillia” mengadakan pembaharuan. Montanus yang mengaku dirinya memperoleh wahyu khusus, mulai mengadakan kebaktian kebangunan rohani di mana-mana, dan menitikberatkan pada bahasa lidah.
Beberapa pokok pengajaran dari Montanisme adalah sebagai berikut:
1)  Menerima seluruh kitab dalam Alkitab dan memegangnya sebagai ukuran keyakinan Kristen.
2)  Karena mendapat wahyu khusus dari Roh Kudus, maka Montanus menganggap bahwa kata-katanya lebih berwibawa dari Alkitab.
3)  Menitik beratkan pada karunia mujizat dan nubuat, dan menggunakan karunia-karunia ini sebagai ukuran untuk menilai gereja yang sejati. Nubuatan mereka berpusatkan pada kedatangan Yesus yang kedua.
4)  Menitik beratkan pada kehidupan yang disiplin, dengan cara menahan diri bahkan menyiksa diri untuk memerangi nafsu dan dosa.
5)  Wanita dilarang untuk memakai perhiasan. Setiap perawan harus memakai tudung kepala.
6)  Segala pengetahuan, kesenian, dan segala bentuk rekreasi dianggap sebagai jebakan Iblis yang harus ditolak. 
7)  Hidup membujang lebih sempurna daripada hidup berkeluarga. Setiap perkawinan ulang dengan alasan apapun juga dianggap sebagai zinah.
8)  Pertobatan hanya satu kali saja dan tidak dapat diulang. Umat yang murtad dan jatuh dalam dosa tidak akan diterima lagi dalam gereja.
9)  Wahyu tidak akan putus-putusnya, dan akan mengalami kemajuan. Puncak kemajuan itu belum tercapai meskipun di dalam diri Tuhan Yesus maupun para rasul. Puncak kemajuan itu baru dicapai pada zaman Roh Kudus yang dimulai dalam gerakan Montanisme. Mereka menganggap bahwa khayalan dan mimpi lebih penting dari Alkitab.

D.    Novationisme
Aliran ini muncul pada sekitar tahun 250, dipimpin oleh seorang penatua yang bernama Novatian. Mereka kuat dalam pendirian untuk tidak memaafkan dan menerima kembali orang-orang Kristen yang pernah berkhianat. Mereka mendapat dukungan dari orang-orang yang setia dalam menghadapi penganiayaan. Pengaruh dari aliran ini tersebar luas sampai Afrika Utara dan Asia Kecil.
Salah satu ajaran dari Novationisme ialah menolak orang-orang yang pernah menyangkal imannya ketika mengalami penderitaan, karena mereka sudah jatuh dari anugerah dan tidak mungkin memperoleh anugerah keselamatan kembali.

E. Arianisme (aliran saksi yehowa) (tugas uts)
Aliran ini dipelopori oleh Arius, presbiter dari Alexandria-Mesir, yang pada tahun 318 mulai mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah. Bahwa jika Yesus memiliki sifat-sifat Allah sama dengan Allah Bapa, maka akan merugikan kemuliaan dan kewibawaan Allah Bapa.
Beberapa pokok pengajaran Arianisme adalah sebagai berikut:
1)  Yesus adalah ciptaan yang sulung dan tertinggi derajatnya. Kemudian melalui Dia, Allah Bapa menciptakan segala sesuatu, sebagaimana dicatat Paulus, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan” (Kol. 1:15).
2)  Yesus bukan dari kekal adanya, melainkan dibentuk dari yang tidak ada (non existence) menjadi ada. Dia datang hanya selaku pengajar dan teladan bagi semua orang. Karena ketaatan-Nya kepada Allah Bapa, maka Dia diberi kehormatan ilahi.
Pandangan dari aliran ini mendapat tantangan dari Athanasius, uskup Alexandria. Sesunguhnya Yesus Kristus adalah Anak Allah yang sehakekat dengan Allah Bapa. Ketika pada tahun 325 diselenggarakan konsili oikumenis di Nicea yang dihadiri oleh 318 orang, ajaran Arius dinyatakan sebagai ajaran yang menyesatkan. Hasil konsili yang penting adalah keputusan melahirkan “Pengakuan Iman Nicea”, yang berbunyi:
“Aku percaya kepada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, pencipta segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah, yang diperanakkan dari Bapa, yang dari hakekat Bapa. Allah dari allah, terang dari terang, Allah sejati dari Allah sejati, yang diperanakkan, bukan dijadikan, sehakekat (Yunani: homoousios) dengan Bapa, yang oleh-Nya segala sesuatu dijadikan, yaitu apa yang di sorga dan yang di bumi. Yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita, turun dan menjadi daging, menjelma menjadi manusia, menderita sengsara dan bangkit pula pada hari yang ketiga, naik ke sorga dan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Dan kepada Roh Kudus. Gereja am mengutuki mereka yang mengatakan bahwa: pernah ada waktu, dimana Ia belum ada; sebelum Ia diperanakkan, Ia belum ada; dan: Ia diperanakkan dari yang tidak ada; atau yang mengira bahwa Anak Allah adalah atau mempunyai hakekat lain (daripada Bapa), atau adalah diciptakan, atau dapat berubah atau menjadi lain”.

F. Apollinarianisme
Aliran ini dipelopori oleh Apollinaris (310-390), uskup Laodekia. Ia sangat menentang aliran Arianisme yang tidak menerima keilahian Yesus Kristus. Dalam pengajarannya ia sangat menitikberatkan kepada keilahian Yesus.
Beberapa pokok pengajaran Apollinarianisme adalah sebagai berikut:
Pertama, Yesus memiliki tubuh dan jiwa tetapi tidak memiliki roh, karena roh manusia diganti dengan logos (firman). Ia tidak dapat disebut sebagai manusia sejati.
Kedua, Yesus memiliki sebutan bertubuh tetapi tidak memiliki tubuh yang sebenarnya.
Dalam konsili di Konstantinopel pada tahun 381, diputuskan bahwa ajaran Apollinaris sebagai ajaran yang sesat dan patut dikutuk.

G.    Nestorianisme (tugas uts)
Aliran ini dipelopori oleh Nestorius, uskup Konstatinopel. Ia memisahkan kedua sifat Yesus Kristus, sehingga dalam konsili di Efesus tahun 431, dinyatakan sebagai aliran yang sesat.
Beberapa pokok pengajaran dari Nestorianisme adalah sebagai berikut:
Pertama, Yesus bukanlah sunguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Jika demikian maka itu adalah suatu keduaan, bukan keesaan.
Kedua, Yesus menjadi sebuah rumah kudus bagi logos (firman) Allah. Dengan demikian logos yang kekal itu tinggal di dalam oknum Yesus yang bebas dan dapat berubah itu.
Ketiga, di dalam tindakan, ada perbuatan yang dilakukan oleh logos yakni mujizat, namun ada juga perbuatan yang dilakukan oleh oknum Yesus yang memiliki hubungan dengan kemanusiaan, yakni berupa kesengsaraan, dan lain-lain.
Keempat, Yesus disembah bukan karena Dia Allah, melainkan karena di dalam Dia, Allah berada.
Konsili Chalcedon yang diadakan pada tahun 451, menolak ajaran Nestorius, dan menyatakan bahwa Yesus bukan bertabiat satu dan bukan bertabiat dua melainkan bahwa Dia memiliki dua tabiat dalam satu oknum. Kedua tabiat itu tidak bercampur, tidak berubah, tidak terbagi dan tidak terpisah.

H.    Eutychianisme
Eutychianisme dipelopori oleh Eutyches, pimpinan gereja di Konstantinopel. Pada tahun 448, ia mengemukakan ajaran yang menyatakan bahwa tabiat Yesus bercampur menjadi satu tabiat. Jadi jelas bahwa ajarannya bersifat monophysis (mono= satu; physis-tabiat).
Beberapa pokok pengajaran dari Eutychianisme adalah sebagai berikut:
Pertama, bahwa dua tabiat Kristus itu bercampur menjadi satu, sehingga menjadi tabiat yang ketiga (third nature). Di dalam tabiat yang bercampur ini, tabiat ilahi melampaui tabiat kemanusiaan. Tabiat kemanusiaan Yesus terhisab dalam tabiat ilahi-Nya.
Kedua, karena tabiat ilahi yang ada pada Yesus sudah bercampur dengan tabiat kemanusiaan-Nya, maka tabiat ilahi-Nya sudah tidak sama lagi dengan tabiat ilahi-Nya yang dulu.

I.  Pelagianisme
Pelagianisme dipelopori oleh Pelagius (360-415), rahib di Britania yang tinggal di Roma. Para uskup di Roma di zaman Pelagius, ada yang menyokong pandangannya dan ada yang tegas-tegas menolaknya.
Beberapa pokok pengajaran Pelagianisme adalah sebagai berikut:
Pertama, Alkitab bukan merupakan firman Allah yang diwahyukan.
Kedua, tiap orang dilahirkan tanpa dosa, keadaan mereka sama seperti keadaan Adam semasa di taman Eden. Keberadaan dosa bukan pada tabiat manusia, melainkan dalam kehendaknya. Setiap kali kehendak manusia bermaksud jahat, maka pada waktu itulah manusia jatuh dalam dosa. Dosa Adam tidak mempengaruhi keturunannya, melainkan hanya mempengaruhi dirinya sendiri.
Ketiga, kematian manusia bukan karena upah dosa, melainkan karena manusia tidak takluk di bawah hukum alam.

Keempat, keselamatan bukan karena anugerah Allah, melainkan akibat perbuatan kebajikan atau amal manusia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar