BIDAT-BIDAT DI ABAD PERTAMA
Ketika gereja lahir pada hari Pentakosta, maka mulai
bermunculanlah para bidat, yang mengajarkan ajaran-ajaran yang menyimpang dari
kebenaran firman Tuhan. Bidat-bidat dimaksud adalah sebagai berikut:
A. Gnostisisme
Gnostisisme berasal dari
kata Yunani: gnosis yang artinya “pengetahuan”. Namun yang dimaksudkan di sini
ialah suatu “hikmat tertinggi” yang berahasia dan tersembunyi tentang asal dan
tujuan hidup manusia. Orang terpelajar banyak mengejar hikmat tinggi itu dengan
giat, sebab akalnya kurang dipuaskan oleh agama biasa yang mudah dipahami.
Semangat ini mencoba memasuki gereja sebab pada hemat banyak anggota, berita
Injil itu terlampau sederhana. Mereka mencari suatu hikmat yang lebih dalam,
lebih indah dan penuh rahasia. Oleh sebab itu mereka mulai menafsirkan Injil
secara alegoris, dan “kebodohan salib” ditukarkannya dengan “hikmat dunia”.
Paulus mencatat, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi
mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu
adalah kekuatan Allah” (1 Kor. 1:18).
Beberapa pokok ajaran gnostisisme adalah sebagai
berikut:
1)
Allah yang tertinggi yang
keadaan-Nya adalah Roh, tidak ada hubungannya dengan dunia ini.
2)
Dunia diciptakan oleh
suatu Allah rendah yang bernama “Demiurgos” (artinya pencipta dunia).
3)
Manusia mengandung
sebagian kecil dari Roh Allah dengan tubuh maya untuk membebaskan bagian ilahi
yang kecil itu.
4)
Oleh pengajaran dan
teladan Kristus, roh manusia diajak untuk berusaha melepaskan dirinya dari zat
benda dan supaya kembali kepada Allah yang tinggi. Dengan kata lain, Kristus
membawa kebebasan dengan menunjuk kepada jalan askese dan membuka segala gnosis
yang tersembunyi. Tetapi gnosis itu hanya dapat dimengerti oleh “orang yang
rohani” atau “orang yang bergnosis”, yang tahu membaca Alkitab secara alegoris.
Hanya mereka itulah yang dapat membebaskan zat ilahi yang tertanam dalam jiwa
manusia dan yang terkurung oleh tubuh
jasmani yang fana itu, sehingga akhirnya zat rohani itu dapat dipersatukan pula
dengan zat Allah.
B Marcionisme
Marcionisme dipelopori oleh Marcion, seorang
kaya yang hidup di abad ke 2 yang tinggal di bandar Sinope, di pesisir laut
Hitam yang memiliki perusahaan perkapalan di daerah itu. Ia meninggalkan Sinope
untuk menyebarkan pandangan-pandangannya yang baru tentang Injil. Ia sangat
bersemangat dan seorang organisator yang cakap. Ia membentuk sebuah gereja baru
yang berkembang dengan pesat, sehingga beberapa puluh tahun kemudian hampir
sama besarnya dengan gereja Katolik Roma. Baru pada abad ke 5 gereja Marcion
berangsur-angsur lenyap oleh karena perlawanan dari negara yang menghendaki
hanya ada satu gereja.
Marcionisme
menolak kitab-kitab dalam Perjanjian Lama, dan dari kitab-kitab Injil hanya
Injil Lukas saja yang diterimanya sebab tidak berbau Yahudi, namun riwayat
kelahiran Yesus dicoretnya. Dari surat-surat rasuli hanya surat-surat Paulus
yang diterimanya, kecuali Timotius dan Titus.
Beberapa
pokok pengajaran Marcionisme adalah sebagai berikut:
1) Dunia diciptakan oleh
Allah yang menyatakan diri-Nya di dalam Perjanjian Lama. Allah itu tidak jahat,
tetapi rendah derajat-Nya. Ia mau berbuat baik tetapi tidak sanggup
melakukannya. Maksud-Nya ialah untuk memerintah dengan adil, tetapi justru
karena itu Ia menjadi keras dan bengis, karena Taurat yang telah diberikan-Nya
kepada manusia itu terlalu berat, sehingga mustahillah manusia dapat
melakukannya. Tetapi walaupun demikian Allah Perjanjian Lama ini menuntut
kegenapan Taurat-Nya seratus persen, sambil mengenakan hukuman berat atas
tiap-tiap pelanggaran, menurut aturan “mata ganti mata, gigi ganti gigi”.
Dengannya tidak dapat tidak Dia menjadi seorang hakim yang lalim dan kurang
adil terhadap dunia.
2) Yesus tidak diutus oleh
Allah Perjanjian Lama, tetapi oleh Allah yang lain, yang belum dikenal. Allah
itu adalah Allah yang benar, yang Mahatinggi. Hal itu nyata dalam khotbah Yesus
di bukit, yang memberitakan suatu keadilan yang lebih indah, yang tidak
berpokok pada pembalasan melainkan pada kemurahan dan keampunan (Mat. 5-7).
Allah yang kedua ini meskipun tidak ada hubungannya dengan dan tidak
bertanggungjawab atas nasib manusia, namun menaruh belas kasihan sehingga Dia
mengutus Anak-Nya untuk membebaskan manusia dari penindasan khaliknya.
Demikianlah Yesus turun ke bumi pada tahun 28 dengan memakai tubuh maya
(Sansekerta, artinya: semu, khayal saja, tidak ada wujudnya). Allah khalik merasa
diri-Nya terancam, sebab itu Dia mengikhtiarkan pembunuhan terhadap Yesus di
kayu salib. Dengan demikian Dia melanggar Taurat-Nya sendiri, karena Yesus baik
sama sekali.
3) Percaya ialah menyangkal
Allah khalik dan menyerahkan diri kepada kasih Allah yang Mahatinggi.
Penyerahan itu berarti patut menjauhkan diri dari dunia yang cemar ini dengan
jalan bertarak dan beraskese yakni menyiksa diri, menahan diri dari daging,
minuman keras, bersetubuh, dan sebagainya. Demikian juga ajaran tentang
kedatangan Kristus kembali dan kebangkitan orang mati, harus ditolak. 25
Februari 2014
C. Montanisme
Montanisme
ialah suatu aliran yang dipimpin oleh Montanus yang berasal dari Ardabau,
sebuah dusun di Mysia. Sebelum bertobat, ia adalah imam kuil di Cybele. Setelah
bertobat ia memproklamirkan diri sebagai nabi dan reformator agama
Kristen.
Munculnya
Montanisme dilatarbelakangi oleh keadaan gereja yang sungguh memprihatinkan.
Ciri khas gereja mula-mula seperti nubuat, glosolali sudah hilang, kerinduan
terhadap Yesus sebagai mempelai pria tidak ada lagi, dan orang Kristen hanya
mementingkan jabatan yang tetap dan organisasi. Tata kebaktian yang berjalan
hanya bersifat formalitas dan kaku. Alasan inilah yang menyebabkan Montanus
bersama dengan dua orang temannya yakni “Priscilla dan Maximillia” mengadakan
pembaharuan. Montanus yang mengaku dirinya memperoleh wahyu khusus, mulai
mengadakan kebaktian kebangunan rohani di mana-mana, dan menitikberatkan pada
bahasa lidah.
Beberapa
pokok pengajaran dari Montanisme adalah sebagai berikut:
1) Menerima seluruh kitab
dalam Alkitab dan memegangnya sebagai ukuran keyakinan Kristen.
2) Karena mendapat wahyu
khusus dari Roh Kudus, maka Montanus menganggap bahwa kata-katanya lebih
berwibawa dari Alkitab.
3) Menitik beratkan pada
karunia mujizat dan nubuat, dan menggunakan karunia-karunia ini sebagai ukuran
untuk menilai gereja yang sejati. Nubuatan mereka berpusatkan pada kedatangan
Yesus yang kedua.
4) Menitik beratkan pada
kehidupan yang disiplin, dengan cara menahan diri bahkan menyiksa diri untuk
memerangi nafsu dan dosa.
5) Wanita dilarang untuk
memakai perhiasan. Setiap perawan harus memakai tudung kepala.
6) Segala pengetahuan,
kesenian, dan segala bentuk rekreasi dianggap sebagai jebakan Iblis yang harus
ditolak.
7) Hidup membujang lebih
sempurna daripada hidup berkeluarga. Setiap perkawinan ulang dengan alasan
apapun juga dianggap sebagai zinah.
8) Pertobatan hanya satu kali
saja dan tidak dapat diulang. Umat yang murtad dan jatuh dalam dosa tidak akan
diterima lagi dalam gereja.
9) Wahyu tidak akan putus-putusnya,
dan akan mengalami kemajuan. Puncak kemajuan itu belum tercapai meskipun di
dalam diri Tuhan Yesus maupun para rasul. Puncak kemajuan itu baru dicapai pada
zaman Roh Kudus yang dimulai dalam gerakan Montanisme. Mereka menganggap bahwa
khayalan dan mimpi lebih penting dari Alkitab.
D. Novationisme
Aliran ini
muncul pada sekitar tahun 250, dipimpin oleh seorang penatua yang bernama
Novatian. Mereka kuat dalam pendirian untuk tidak memaafkan dan menerima
kembali orang-orang Kristen yang pernah berkhianat. Mereka mendapat dukungan
dari orang-orang yang setia dalam menghadapi penganiayaan. Pengaruh dari aliran
ini tersebar luas sampai Afrika Utara dan Asia Kecil.
Salah satu
ajaran dari Novationisme ialah menolak orang-orang yang pernah menyangkal imannya
ketika mengalami penderitaan, karena mereka sudah jatuh dari anugerah dan tidak
mungkin memperoleh anugerah keselamatan kembali.
E. Arianisme (aliran
saksi yehowa) (tugas uts)
Aliran ini dipelopori oleh Arius, presbiter dari Alexandria-Mesir, yang
pada tahun 318 mulai mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah. Bahwa jika Yesus
memiliki sifat-sifat Allah sama dengan Allah Bapa, maka akan merugikan
kemuliaan dan kewibawaan Allah Bapa.
Beberapa pokok pengajaran Arianisme adalah sebagai berikut:
1) Yesus adalah ciptaan yang
sulung dan tertinggi derajatnya. Kemudian melalui Dia, Allah Bapa menciptakan
segala sesuatu, sebagaimana dicatat Paulus, “Ia adalah gambar Allah yang tidak
kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan” (Kol. 1:15).
2) Yesus bukan dari kekal
adanya, melainkan dibentuk dari yang tidak ada (non existence) menjadi ada. Dia
datang hanya selaku pengajar dan teladan bagi semua orang. Karena ketaatan-Nya
kepada Allah Bapa, maka Dia diberi kehormatan ilahi.
Pandangan dari aliran ini mendapat tantangan dari Athanasius, uskup
Alexandria. Sesunguhnya Yesus Kristus adalah Anak Allah yang sehakekat dengan
Allah Bapa. Ketika pada tahun 325 diselenggarakan konsili oikumenis di Nicea
yang dihadiri oleh 318 orang, ajaran Arius dinyatakan sebagai ajaran yang
menyesatkan. Hasil konsili yang penting adalah keputusan melahirkan “Pengakuan
Iman Nicea”, yang berbunyi:
“Aku percaya kepada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa,
pencipta segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan,
Yesus Kristus, Anak Allah, yang diperanakkan dari Bapa, yang dari hakekat Bapa.
Allah dari allah, terang dari terang, Allah sejati dari Allah sejati, yang
diperanakkan, bukan dijadikan, sehakekat (Yunani: homoousios) dengan Bapa, yang
oleh-Nya segala sesuatu dijadikan, yaitu apa yang di sorga dan yang di bumi.
Yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita, turun dan menjadi daging,
menjelma menjadi manusia, menderita sengsara dan bangkit pula pada hari yang
ketiga, naik ke sorga dan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan
yang mati. Dan kepada Roh Kudus. Gereja am mengutuki mereka yang mengatakan
bahwa: pernah ada waktu, dimana Ia belum ada; sebelum Ia diperanakkan, Ia belum
ada; dan: Ia diperanakkan dari yang tidak ada; atau yang mengira bahwa Anak
Allah adalah atau mempunyai hakekat lain (daripada Bapa), atau adalah
diciptakan, atau dapat berubah atau menjadi lain”.
F. Apollinarianisme
Aliran ini dipelopori oleh Apollinaris (310-390), uskup Laodekia. Ia
sangat menentang aliran Arianisme yang tidak menerima keilahian Yesus Kristus.
Dalam pengajarannya ia sangat menitikberatkan kepada keilahian Yesus.
Beberapa pokok pengajaran Apollinarianisme adalah sebagai berikut:
Pertama, Yesus memiliki tubuh dan jiwa tetapi tidak memiliki roh, karena
roh manusia diganti dengan logos (firman). Ia tidak dapat disebut sebagai
manusia sejati.
Kedua, Yesus memiliki sebutan bertubuh tetapi tidak memiliki tubuh yang
sebenarnya.
Dalam konsili di Konstantinopel pada tahun 381, diputuskan bahwa ajaran
Apollinaris sebagai ajaran yang sesat dan patut dikutuk.
G. Nestorianisme
(tugas uts)
Aliran ini dipelopori oleh Nestorius, uskup Konstatinopel. Ia memisahkan
kedua sifat Yesus Kristus, sehingga dalam konsili di Efesus tahun 431,
dinyatakan sebagai aliran yang sesat.
Beberapa pokok pengajaran dari Nestorianisme adalah sebagai berikut:
Pertama, Yesus bukanlah sunguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.
Jika demikian maka itu adalah suatu keduaan, bukan keesaan.
Kedua, Yesus menjadi sebuah rumah kudus bagi logos (firman) Allah. Dengan
demikian logos yang kekal itu tinggal di dalam oknum Yesus yang bebas dan dapat
berubah itu.
Ketiga, di dalam tindakan, ada perbuatan yang dilakukan oleh logos yakni
mujizat, namun ada juga perbuatan yang dilakukan oleh oknum Yesus yang memiliki
hubungan dengan kemanusiaan, yakni berupa kesengsaraan, dan lain-lain.
Keempat, Yesus disembah bukan karena Dia Allah, melainkan karena di dalam
Dia, Allah berada.
Konsili Chalcedon yang diadakan pada tahun 451, menolak ajaran Nestorius,
dan menyatakan bahwa Yesus bukan bertabiat satu dan bukan bertabiat dua
melainkan bahwa Dia memiliki dua tabiat dalam satu oknum. Kedua tabiat itu
tidak bercampur, tidak berubah, tidak terbagi dan tidak terpisah.
H. Eutychianisme
Eutychianisme dipelopori oleh Eutyches, pimpinan gereja di
Konstantinopel. Pada tahun 448, ia mengemukakan ajaran yang menyatakan bahwa
tabiat Yesus bercampur menjadi satu tabiat. Jadi jelas bahwa ajarannya bersifat
monophysis (mono= satu; physis-tabiat).
Beberapa pokok pengajaran dari Eutychianisme adalah sebagai berikut:
Pertama, bahwa dua tabiat Kristus itu bercampur menjadi satu, sehingga
menjadi tabiat yang ketiga (third nature). Di dalam tabiat yang bercampur ini,
tabiat ilahi melampaui tabiat kemanusiaan. Tabiat kemanusiaan Yesus terhisab
dalam tabiat ilahi-Nya.
Kedua, karena tabiat ilahi yang ada pada Yesus sudah bercampur dengan
tabiat kemanusiaan-Nya, maka tabiat ilahi-Nya sudah tidak sama lagi dengan
tabiat ilahi-Nya yang dulu.
I. Pelagianisme
Pelagianisme dipelopori oleh Pelagius (360-415), rahib di Britania yang
tinggal di Roma. Para uskup di Roma di zaman Pelagius, ada yang menyokong
pandangannya dan ada yang tegas-tegas menolaknya.
Beberapa pokok pengajaran Pelagianisme adalah sebagai berikut:
Pertama, Alkitab bukan merupakan firman Allah yang diwahyukan.
Kedua, tiap orang dilahirkan tanpa dosa, keadaan mereka sama seperti
keadaan Adam semasa di taman Eden. Keberadaan dosa bukan pada tabiat manusia,
melainkan dalam kehendaknya. Setiap kali kehendak manusia bermaksud jahat, maka
pada waktu itulah manusia jatuh dalam dosa. Dosa Adam tidak mempengaruhi
keturunannya, melainkan hanya mempengaruhi dirinya sendiri.
Ketiga, kematian manusia bukan karena upah dosa, melainkan karena manusia
tidak takluk di bawah hukum alam.
Keempat, keselamatan bukan karena anugerah Allah, melainkan akibat
perbuatan kebajikan atau amal manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar