Jumat, 01 April 2016

Teologia Kontemporer

DASAR TEOLOGIA KONTEMPORER


A. MEMAKAI FILSAFAT SEBAGAI DASAR BERPIKIR

Kata "Filsafat" dalam bahasa Yunani adalah "philosophikos" dari "philosophia" yang berasal dari dua kata yaitu: "philea" (kasih, cinta) dan "sophia" (wisdom, kebijaksanaan). Jadi seorang "philosophos" adalah seorang yang mencintai kebijaksanaan.
Ilmu Filsafat pada mulanya dikenal oleh orang Kristen sebagai ilmu yang mengajarkan kebijaksanaan orang-orang kafir. Salah satu aliran filsafat yang sangat dikenal saat itu adalah Filsafat Aristoteles. Pada mulanya Filsafat Aristoteles dipelajari oleh orang-orang Kristen bukan untuk menggantikan Alkitab tapi untuk melihat hubungan antara kedua buku tsb. Namun dasar pemikiran untuk mencari hubungan antara filsafat dan Alkitab adalah karena orang-orang Kristen masa itu tidak lagi melihat Alkitab sebagai satu-satunya pusat teologi.
Prinsip dasar Ilmu Filsafat dalam mempelajari tentang Allah adalah dengan mendasarkan diri pada akal kodrati (natural) manusia. Sedangkan agama Kristen berdasarkan pada wahyu yang disampaikan Allah kepada manusia. Dalam ilmu filsafat Allah dibicarakan sebagai objek yang diteliti, sedangkan di dalam agama Kristen Allah dipandang sebagai kausa pertama yang menyebabkan segala sesuatu ada dan yang memberi makna kepada semua ciptaan. Ilmu Filsafat menolak gagasan bahwa tanpa wahyu Allah manusia tidak mungkin tahu apa- apa. Sebaliknya Ilmu Filsafat mengajarkan bahwa manusia sebenarnya di dalam dirinya sendiri mempunyai kebebasan yang mutlak untuk menentukan apa saja yang dapat ia ketahui dan pikirkan. Melalui rasionya manusia dimungkinkan untuk memiliki kekuatan berpikir yang tidak terbatas, karena pada dasarnya manusia adalah bebas dan otonom, terlepas dari semua kontrol yang ada di luar dirinya. Alam diartikan sebagai suatu kawasan yang tidak terbatas yang dapat dan harus dikontrol melalui pikiran matematis yang otonom.
Dasar berpikir filsafat (mendasarkan diri pada pikiran manusia semata) inilah yang mendasari studi Teologia Modern abad 19 dan 20. Sebagai akibatnya agama manusia modern diyakini harus memiliki sifat kritis dan rasional. Hal-hal yang supra alami (supra-natural) tidak memiliki tempat di dalam rasio manusia, oleh karenanya harus disingkirkan dari unsur-unsur agama modern.
B. MENEMPATKAN MANUSIA SEBAGAI PUSAT ALAM SEMESTA

Semangat mental abad Pencerahan, yang menjunjung tinggi harkat manusia sebagai manusia yang betul-betul otonom (humanisme), pada akhirnya menempatkan manusia menjadi pusat dari alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Melalui rasionya manusia percaya dapat menilai segala sesuatu tanpa batas, karena rasio manusia diyakini mampu menjadi patokan untuk menilai keberadaan dunia fenomena. Oleh karenanya eksistensi Allah sama sekali tidak diperhitungkan, karena Allah tidak kelihatan dalam dunia riil dan tidak dapat dinilai secara matematis oleh rasio manusia.
Karena manusia adalah pusat, maka segala sesuatu ditentukan oleh manusia, termasuk pemikiran tentang Allah. Teologia Modern atau Kontemporer menilai pemahaman manusia tentang Allah hanya sebagai hasil budaya agama saja, suatu hasil pemikiran manusia yang kreatif. Oleh karenanya kebenaran di dalam agama manusia bersifat subjektif dan relatif, sama halnya dengan semua hasil karya seni manusia. Untuk itu harus diterima, dihormati dan dihargai.

C. MEMAKAI METODE HISTORIS KRITIS
Dipakainya metode Historis Kritis dalam menyelidiki Alkitab membuktikan bahwa Teologia Kontemporer telah meninggalkan prinsip pemahaman iman Kristen yang traditional, yaitu kepercayaan pada Doktrin Inspirasi Alkitab. Alkitab tidak lagi dipandang sebagai buku suci yang diwahyukan dari Allah, tapi hanya menjadi obyek penelitian sebagaimana layaknya sebuah buku dokumen biasa.
Sikap memperlakukan Alkitab hanya sebagai buku tulisan manusia, dan bukan hasil inspirasi Roh Allah, telah menjadi ciri khas dari kritik naturalistik. Hal ini lahir dari keyakinan bahwa rasio manusia memiliki sifat yang otonom dalam menilai isi Alkitab. Bahkan rasio manusia cukup mampu mengkritik kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam penulisan Alkitab, karena Alkitab adalah tulisan manusia saja.
D. PERCAYA PADA KONSEP IDEALISME/KEMAJUAN

Pemikir modern pada dasarnya percaya bahwa manusia hidup dalam sejarah yang selalu akan mengalami kemajuan, demikian juga dalam memahami Alkitab. Semakin lama pikiran manusia semakin mengalami perkembangan dalam memahami Alkitab. Oleh karena itu dalam setiap jaman dibutuhkan cara baru (yang lebih maju) untuk dapat mempelajari Alkitab dengan lebih tepat.
Konsep idealisme yang banyak dipicu oleh pikiran filsafat Hegel ini memberi pengaruh yang besar dalam pemikiran jaman modern tentang sejarah agama, yaitu ide tentang evolusi agama. Agama dilihat bermula dari fetisisme dan animisme, lalu kesadaran akan adanya dewa-dewa (politheisme) berpindah ke monolatria, baru kemudian yang terakhir adalah monotheisme. Atau dengan kata lain manusia berkembang dari manusia mistis ke manusia logis. Pemikiran tentang evolusi agama ini jelas sekali bertentangan dengan pengetahuan yang kita dapat dari Alkitab, karena pada mulanya manusia justru memiliki kepercayaan yang monotheisme dan berpindah kepada penyembahan kepada berhala.
Pengaruh konsep idealisme Hegel juga mempengaruhi sistem penafsiran Alkitab. Isi Alkitab diterima secara literal, kata demi kata, oleh manusia mistis, yang dianggap masih naif. Dari kemajuan yang ada, manusia modern yang rasionalis melihat cara menafsirkan orang mistis secara skeptis. Oleh karena itu diperlukan cara yang lain untuk menafsirkan Alkitab, yang disebut sebagai cara yang lebih rohani, yang lebih relevan dengan kebutuhan rasio manusia. Sebagai akibatnya adalah proses demitologisasi seperti yang dilakukan oleh Bultmann.
E. MENEMPATKAN ALLAH DALAM PENGASINGAN (DEISME)

Filsafat Deisme menjadi salah satu tema yang populer dalam Teologia Kontemporer. Karl Barth menyebut Allah sebagai "the Wholly Other", yaitu Allah "yang mutlak berbeda", sebagai oknum yang "tidak dapat dijelaskan sebagaimana benda dapat dijelaskan". Allah menjadi tokoh dalam penciptaan tetapi Ia segera dilupakan karena manusia telah mengambil kontrol mutlak untuk melanjutkan apa yang ada tanpa campur tangan Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar